SELAMAT DATANG

Sesungguhnya Orang Yang Diberikan Ilmu Pengetahuan Dinaikkan Beberapa Derajat

BISMILLAHI RAHMANI ROHIM

SELAMAT DATANG DI GUDANG INFO ILMU

Sabtu, 23 Juni 2012

TEKNOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang Masalah
            Komputerisasi secara umum dapat didefinisikan sebagai semua aktifitas yang menggunakan komputer dan mengembangkan komputer baik berupa perangkat keras komputer maupun perangkat lunak komputer. Kegiatan-kegiatan komputing termasuk merancang dan membuat hardware dan sistem software yang bertujuan untuk memproses, menyusun dan mengatur berbagai jenis informasi, membuat komputer cerdas, membuat dan menggunakan media komunikasi, mencari dan menemukan informasi untuk tujuan tertentu. Banyak hal yang berhubungan dengan komputerisasi merupakan bidang informatika
            Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, khususnya dalam bidang informasi semakin berperan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Manfaat dari penggunaan komputer dalam system kontrol bagi manusia antara lain: performansi dari sistem dinamik lebih baik, kualitas dan jumlah produksi semakin tinggi serta  biaya produksi lebih murah.
Teknologi industri saat ini tidak terlepas dari peran utama teknik kendali elektronika untuk mengendalikan motor-motor yang tergabung dalam mesin-mesin industri. Teknologi kendali automatik ini diperlukan dalam operasi-operasi di industri untuk mengendalikan aliran proses produksi, pengontrolan dan monitoring.Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia industri bertujuan untuk meningkatkan akurasi, mempertinggi laju produksi, mempertinggi kualitas produksi,mengurangi biaya produksi dan meniadakan pekerjaan-pekerjaan rutin yang harus dilakukan oleh manusia.
MMI adalah kebutuhan standar di dunia industri manufaktur. Perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang membangun MMI berfungsi sebagai penghubungantara manusia dan mesin-mesin yang menjalankan proses industri yang kompleks. MMI adalah bagian utama dari sistem-sistem teknologi kendali proses (Process Control Technology ) di dunia industri manufaktur.
Dengan adanya suatu komunikasi ini mampu mendukung aktivitas terutama di bidang teknologi informasi komputer sebagai pendukung pemrosesan dan menyebabkan perusahan kecil maupun perusahan besar sangat membutuhkan teknologi tersebut untuk membantu dalam pengambilan keputusan, dimana setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dibanding dilakukan secara manual. Antara lain MMI (Man-Machine Interface) merupakan antar muka antara manusia dan mesin-mesin yang menjalankan proses industri yang kompleks. MMI merupakan bagian utama dari sistem-sistem teknologi kendali proses (Process Control Technology) yang menjalankan sistem pengendalian secara otomatis pada dunia industri manufaktur sekaligus  sebagai monitoring.
Pada  praktikum  ini  akan  dibangun  MMI Client _Server yang  akan menghubungkan pengguna/manusia dengan motor servo DC.  Hal yang menjadi pusat perhatian pada rancang bangun ini adalah pengendalian,monitoring dan akusisi data untuk sistem  posisi motor servo DC. Motor akan dikendalikan oleh suatu perangkat microcontroller ATMEL AVR Family dan dihubungkan ke PC utama (Server) melalui  RS-232 (Port). SelanjutnyaPC  utama dihubungkan dengan beberapa PC lainnya (client) dengan TCP/IP sehingga PC lainnya dapat memonitoring motor. Unit microcontroller, driver, motor servo dc, sensor  posisi yang telah terpadu dalam suatu system akan sangat membantu system dalam mengendalikan dan memonitoring.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam merancang MMI ini,  maka yang menjadi pusat perhatian adalah:
1.    Bagaimana merancang system Man Machine Interface (MMI) dan membuat programnya untuk mengendalikan posisi servo motor DC menggunakan Mikrokontroler ATMEL AVR 8535.
2.    Bagaimana membuat program client untuk mengirim data posisi yang dinginkan menggunakan jaringan ke Server untuk mengendalikan Posisi Motor Servo DC sekaligus melakukan monitoring.terhadap proses kerjanya.

1.3    Tujuan  Praktikum
1.    Mampu membuat program Server sebagai ³Man-Machine Interface´ untukmengendalikan Posisi Motor Servo DC dengan menggunakan Microkontroler ATMEL AVR Family.
2.    Mampu membuat program client untuk mengirim data posisi yang dinginkanmenggunakan jaringan ke Server untuk mengendalikan Posisi Motor Servo DC.

1.4    Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu:
1.  Bagi pengguna
a.    Memudahkan pengguna untuk mengontrol Pergerakan motor servo walapun berada jauh dari area peralatan yang akan dikontrol.
b.    Meningkatkan efisiensi waktu aktivitas pengguna
2.  Bagi IPTEK,  Sebagai bahan masukan disiplin ilmu computer yang diterapkan dalam aplikasi pengontrolan.

1.5   Kerangka Teori
Teori-teori yang digunakan oleh penulis dalam pengembangan aplikasinya adalah teori-teori yang berhubungan dengan pengembangan aplikasi sistem pengontrolan MMI berbasis mikrokontroler dengan pengendali dan monitoring menggunakan PC.
Model prototyping merupakan suatu teknik pengembangan perangkat lunak yang pada awalnya pengguna hanya memberikan tujuan umum dari perangkat lunak tersebut tanpa rincian yang jelas tentang fungsi dan fitur dari perangkat lunak tersebut.
Gambar 1.1 Model Prototyping (Pressman, 2010).

Berdasarkan Gambar 1.1, Pressman (2010), penulis akan melakukan langkah-langkah dari model prototyping seperti berikut:
1.      Communication
Pada tahap ini, pengembang aplikasi dan pengguna bertemu untuk menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya.
2.      Quick Plan
Pada tahap ini, dilakukan perencanaan dengan cepat, dimana hal ini akan mewakili semua aspek perangkat lunak yang diketahui, yang akan menjadi dasar pembuatan sistem.
3.      Modeling Quick Design
Pada tahap ini, pengembang merancang prototype sistem berdasarkan hasil yang didapatkan pada tahap quick plan.
4.      Construction of Prototype
Pada tahap ini, hasil perancangan yang didapat pada tahap sebelumnya akan dibuat menjadi prototype.
5.      Deployment Delivery and Feedback
Pada tahap ini, prototype dievaluasi pengguna. Pengguna kemudian dapat memberikan masukan kepada pengembang untuk lebih meningkatkan kualitas prototype tersebut. Dengan adanya masukan dari pengguna, pengembang akan lebih mengerti kebutuhan pengguna dan apa yang harus dilakukan pada pengembangan selanjutnya.
Secara ideal prototype berfungsi sebagai mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan perangkat lunak. Jika sebuah prototype akan dibuat, kita dapat menggunakan bagian-bagian program yang sudah ada atau menggunakan alat-alat yang memungkinkan agar program dapat dibuat dengan cepat. Prototype dapat digunakan sebagai “sistem awal”. Walaupun beberapa prototype dibuat dan menjadi “buangan”, prototype tersebut dapat berubah secara perlahan menjadi sistem yang sebenarnya.             

1.6          Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibuat oleh penulis berisi kerangka pikiran yang menjelaskan tentang proses pengembangan prototype aplikasi sistem pengontrolan MMI motor DC Servo.

1.6.1    Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka kenseptual yang dibuat oleh penulis dalam penelitian ini berdasarkan model prototyping sebagai berikut:
Gambar 1.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual dari penulis pada Gambar 1.2 memiliki 4 tahapan yang harus diikuti sehingga tercipta aplikasi sistem pengontrolan listrik jarak jauh menggunakan media ponsel berbasis mikrokontroler, yaitu:
1.     Tahap komunikasi dan pengumpulan data dimana pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari Internet, Perpustakaan, dan konsultasi dengan dosen pembimbing.
2.     Analisa dan Perancangan cepat. Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap data yang telah dikumpulkan dalam proses komunikasi dan pengumpulan data agar dapat sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
3.     Pembuatan prototype pada tahap ini sudah dimulai dengan penulisan kode ke dalam bahasa pemrograman dengan menggunakan bahasa pemrograman Assembly.
4.     Di Desain Aplikasi yang bisa di kendalikan dan di monitoring melalui PC
5.     Pada tahap testing ini, dilakukan uji terhadap aplikasi yang telah dibuat dengan menggunakan metode black box, yaitu pengujian dari hasil yang diberikan oleh aplikasi.

Setelah mengikuti tahapan kerangka konseptual penulisan maka aplikasi sudah berbentuk prototype.

 

1.6.2      Kerangka Konseptual Aplikasi                            

            Aplikasi pengontrolan yang dikembangkan dalam penulisan ini adalah pengontrolan Pergerakan Motor Servo, dimana pengontrolan menggunakan media RS-232 dan TCP/IP sebagai media komunikasi saat pengguna mengendalikan maupun memonitorng pergerakan motor DC servo.
























Gambar 1.3. Diagram alir system Pengontrolan Motor Servo DC
           oleh Multi User.

1.7          Cakupan dan Pembatasan Masalah
Berikut ini merupakan Cakupan dan Pembatasan masalah yang terdapat pada sistem pengontrolan pergerakan Motor DC Servo menggunakan media PC berbasis mikrokontroler.

1.7.1    Cakupan
Adapun cakupan pada penulisan ini yaitu:
  1. Dapat dikontrol pada jarak yang jauh .
  2. Dapat mengontrol kecepatan dan arah pergerakan motor
  3. Pengontrolan menggunakan mikrokontroler ATMEL AVR Family dengan bahasa C sebagai bahasa pemrograman.
1.7.2    Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokusnya pelaksanaan penelitian ini, maka permasalahan yang hendak diteliti hanya dibatasi pada sistem pengendali dan monitoring pergerakan motor Servo.

1.8       Daftar Istilah
Mikrokontroler          = Perangkat komputer yang didesain sebagai peralatan kontrol dengan pengendali berbasis program.
Input                         = Data eksternal yang diterima oleh mikrokontroler.
Output                      = Data internal yang dikeluarkan oleh mikrokontroler.
User                         =  Pengguna, Didalam hal ini pengguna yang dimaksud adalah individu yang menggunakan aplikasi sistem pengontrolan motor servo berbasis mikrokontroler.



















BAB II
TINJAUAN  LITERATUR

Pada bab ini terdapat literatur - literatur yang digunakan penulis yang berkaitan dengan penelitian yang dikerjakan.

2.1  Sistem Informasi
Sistem Informasi (SI) Dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan atau satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasi data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi. Dengan kata lain SI merupakan kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistimatis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang akan mendukung pembuatan keputusan dan melekukan control terhadap jalannya informasi (Oetomo, 2006).
Sistem informasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah berupa pemberitahuan atau pengumuman melalui informasi suara jarak jauh yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang sudah terprogram.

2.2  Mikrokontroler
2.2.1    Dunia Mikroprosesor
  Peranan elektronika disegala bidang menjadi semakin besar di abad ke dua satu ini. Bermula dari penerapan rangkaian elektronika analog, kemudian digital dan kini hampir semua peralatan menggunakan sistem mikroposesor misalnya perangkat yang dekat dengan kita, seperti handphone, televisi, radiocassete, mesin cuci sampai ke instrumen ruang angkasa. Banyak jenis mikroprosesor telah dibuat dengan kemampuan dan fungsi yang berbeda, tetapi secara prinsip cara kerjanya sama. Perangkat keras dibuat menjadi semakin canggih, jutaan transistor dijejalkan didalamnya, miniaturisasi dimensi semakin ditinggalkan dengan kemampuan mengelola program yang lebih kompleks sehingga memungkinkan untuk aplikasi di segala bidang. Kemampuannya untuk diprogram dan diprogram ulang dalam suatu kelebihan di dalam sistem mikroposesor. Contohnya dalam suatu sistem pengendali lampu lalu lintas dengan rangkaian diskrit perlu menambahkan atau merubah rangkaian bila diperlukan perubahan sistem, tetapi dengan sistem mikroprosesor, bisa dilakukan dengan hanya berubah program.

2.2.2    Mikrokontroller ATMEL AVR 8535.
Teknologi yang digunakan pada mikrokontroler AVR berbeda dengan mikrokontroler seri MCS-51. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computer), sedangkan seri MCS-51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computer). Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan keluarga AT89RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, kelengkapan periperal dan fungsi-fungsi tambahan yang dimiliki.
Arsitektur mikrokontroler AVR dibidani oleh dua orang mahasiswa Institut Teknologi Norwegia (NTH), Alf-Egil Bogen dan Vegard Wollan. Ketika teknologi tersebut dijual kepada Atmel, arsitektur internal dari AVR terus dikembangkan oleh Bogen dan Wollan di Atmel Norwegia. Kedua desainer mengembangkan kompiler agar set instruksi yang dihasilkan lebih efisien dan kompatibel dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti C/C++, saat itu program untuk mikrokontroler umumnya ditulis dengan bahasa assembly.
Walaupun Atmel menyatakan bahwa AVR bukanlah sebuah singkatan atau akronim, dan baik Bogen maupun Wollan tidak memberikan jawaban secara definitif ketika ditanya mengenai arti kata “AVR”, publik secara umum menganggap AVR adalah singkatan dari Alf (Egil Bogen) and Vegard (Wollan) Prosesor RISC.
Secara arsitektur, AVR menganut arsitektur Harvard yang dimodifikasi dimana program dan data disimpan secara terpisah, tetapi program memiliki kemampuan untuk membaca data menggunakan instruksi spesial.      
Adapun Fitur –fitur yang tersedia pada ATMEL AVR 8535 adalah sebagai berikut :
·         High-performance, Low-power AVR® 8-bit Microcontroller
·         Advanced RISC Architecture
– 130 Powerful Instructions – Most Single Clock Cycle Execution
– 32 x 8 General Purpose Working Registers
– Fully Static Operation
– Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz
– On-chip 2-cycle Multiplier
·         Nonvolatile Program and Data Memories
– 8K Bytes of In-System Self-Programmable Flash
Endurance: 10,000 Write/Erase Cycles
– Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits
In-System Programming by On-chip Boot Program
True Read-While-Write Operation
– 512 Bytes EEPROM
Endurance: 100,000 Write/Erase Cycles
– 512 Bytes Internal SRAM
– Programming Lock for Software Security
·         Peripheral Features
– Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Modes
– One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and 
   Capture Mode
– Real Time Counter with Separate Oscillator
– Four PWM Channels
– 8-channel, 10-bit ADC
8 Single-ended Channels
7 Differential Channels for TQFP Package Only
2 Differential Channels with Programmable Gain at 1x, 10x, or 200x for
TQFP Package Only
– Byte-oriented Two-wire Serial Interface
– Programmable Serial USART
– Master/Slave SPI Serial Interface
– Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator
– On-chip Analog Comparator
·         Special Microcontroller Features
– Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
– Internal Calibrated RC Oscillator
– External and Internal Interrupt Sources
– Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down, Standby and Extended Standby
·         I/O and Packages
– 32 Programmable I/O Lines
– 40-pin PDIP, 44-lead TQFP, 44-lead PLCC, and 44-pad QFN/MLF
Operating Voltages
– 2.7 - 5.5V for ATmega8535L
– 4.5 - 5.5V for ATmega8535
Speed Grades
– 0 - 8 MHz for ATmega8535L
– 0 - 16 MHz for ATmega8535

Adapun konvigurasi pin yang ada pada ATMega 8535 dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konfigurasi Pin ATMega8535

2.2.2.1. Peta Memori ATMega8535

ATMega8535 memiliki dua jenis memori yaitu Data Memory dan Program Memory ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memory untuk penyimpan data.

2.2.2.2. Program Memory
ATMega8535 memiliki On-Chip In-System Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memory dibagi menjadi dua bagian yaitu Boot Flash Section dan Application Flash Section. Boot Flash Section digunakan untuk menyimpan program Boot Loader, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR reset atau pertamakali diaktifkan. Application Flash Section digunakan untuk menyimpan program aplikasi yang dibuat user. AVR tidak dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum menjalankan program Boot Loader. Besarnya memori Boot Flash Section dapat diprogram dari 128 word sampai 1024 word tergantung setting pada konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika Boot Loader diproteksi, maka program pada Application Flash Section juga sudah aman.









Gambar 2.2 Peta Program Memory

2.2.2.3.Data Memory
Gambar berikut menunjukkan peta memori SRAM pada ATMega8535. Terdapat 608 lokasi address data memori. 96 lokasi address digunakan untuk Register File dan I/O Memory sementara 512 lokasi address lainnya digunakan untuk internal data SRAM. Register File terdiri dari 32 general purpose working register, I/O register terdiri dari 64 register.
Gambar 2.3 Peta Data Memory

2.2.2.4. EEPROM Data Memory
ATMega8535 memiliki EEPROM sebesar 512 byte untuk menyimpan data. Lokasinya terpisah dengan system address register, data register dan kontrol register yang dibuat khusus untuk EEPROM.

2.2.2.5. Status Register (SREG)
Status Register adalah register yang memberikan informasi yang dihasilkan dari eksekusi instuksi aritmatika.Informasi ini berguna untuk mencari alternatif alur program sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Bit 7 – I : Global Interrupt Enable Jika bit Global Interrupt Enable diset, maka fasilitas interupsi dapat dijalankan. Bit ini akan clear ketika ada interruptyang dipicu dari hardware, setelah program interrupt dieksekusi, maka bit ini harus di set kembali dengan instruksi SEI.
Bit 6 – T :                     Bit Copy Storage Instruksi bit copy BLD dan BST menggunakan bit T sebagai sumber atau tujuan dalam operasi bit.
Bit 5 – H :        Half Carry Flag
Bit 4 – S :        Sign Bit Bit S merupakan hasil exlusive or dari Negative Flag N dan Two’s Complement Overflow Flag V.
Bit 3 –V :Two’s Complement Overflow Flag Digunakan dalam operasi aritmatika
Bit 2 – N :                    Negative Flag Jika operasi aritmatika menghasilkan bilangan negatif, maka bit ini akan set.
Bit 1 – Z :                     Zero Flag Jika operasi aritmatika menghaslkan bilangan nol, maka bit ini akan set.

2.2.2.6.Register I/O
Setiap port ATMega8535 terdiri dari 3 register I/O yaitu DDRx, Portx dan PINx.
A.     DDRx (Data Direction Register)
Register DDRx digunakan untuk memilih arah pin. Jika DDRx = 1 maka Pxn sebagai pin output Jika DDRx = 0, maka Pxn sebagai input.
B.     Portx (Port Data Register)
Register Portx digunakan untuk 2 keperluan yaitu untuk jalur output atau untuk mengaktifkan resistor pullup.
1. Portx berfungsi sebagai output jika DDRx = 1 maka :
Portxn = 1 maka pin Pxn akan berlogika high.
Portxn = 0 maka pin Pxn akan berlogika low.
2. Portx berfungsi untuk mengaktifkan resistor pullup jika DDRx = 0 maka :
Portxn = 1 maka pin Pxn sebagai pin input dengan resistor pull up.
Portxn = 0 maka pin Pxn sebagai output tanpa resistor pull up.
Tabel 2.1 Konfigurasi Port
DDRxn
Portxn
I/O
Pull up
Comment
0
0
Input
No
Tri state (Hi-Z)
0
1
Input
Yes
Pull up aktif
1
0
Output
No
Output Low
1
1
Output
No
Output High


Catatan :
x menunjukkan nama port (A,B,C,D),  n menunjukkan nomor bit (0,1,2,3,4,5,6,7)
Nilai awal (initial value) seluruh register I/O adalah 00h.
1.1.1.  Prescaler
Timer pada dasarnya hanya menghitung pulsa clock. Frekuensi pulsa clock yang dihitung tersebut bisa sama dengan frekuensi crystal yang dipasang atau dapat diperlambat menggunakan prescaler dengan faktor 8, 64, 256 atau 1024. Berikut penjelasannya :
Sebuah AVR menggunakan crystal dengan frekuensi 8 MHz dan timer yang digunakan adalah timer 16 bit, maka maksimum waktu timer yang bisa dihasilkan adalah :
TMAX = 1/fCLK x (FFFFh+1)
= 0.125uS x 65536
= 0.008192 S
Untuk menghasilkan waktu timer yang lebih lama dapat digunakan prescaler, misalnya 1024, maka maksimum waktu timer yang bisa dihasilkan adalah :
TMAX  =  1/fCLK x (FFFFh+1) x N
 =  0.125uS x 65536 x 1024
 =  8.388608 S
Ketika presacaler digunakan, waktu timer dapat diperpanjang namun tingkat ketelitiannyamenjadi turun. Misalnya dengan prescaler 1024 nilai timer akan bertambah 1 setiap kelipatan1024 pulsa dan membutuhkan waktu 1/fCLK x 1024 = 0.125uS x 1024 = 128 uS bandingkantingkat resolusi ini jika tanpa precsaler (0.125uS).

1.1.1.2. Timer 16 Bit Normal Mode
Pada mode normal, TCNT1 akan menghitung naik dan membangkitkan interrupt Timer/Counter 1 ketika nilainya berubah dari 0xFFFF ke 0x0000. Seringkali kita menganggap untuk menggunakan timer cukup dengan memasukkan nilai yang diinginkan ke TCNT1 dan menunggu sampai terjadi interrupt. Ini menjadi benar pada timer yang menghitung mundur, tetapi untuk timer yang menghitung maju, maka anda harus memasukkan nilai 65536-(timer value) ke dalam TCNT1.
Gambar 2.4 Blok Diagram Timer 16 Bit

1.1.1.3. Register Timer 16 Bit
1.1.1.3.1.      TCNT1
Timer/Counter1 Register digunakan untuk menyimpan nilai timer yang diinginkan. TCNT1 dibagi menjadi 2 register 8 bit yaitu TCNT1H dan TCNT1L.
1.1.1.3.2.      TIMSK & TIFR
Timer Interrupt Mask Register (TIMSK) dan Timer Interrupt Flag (TIFR) Register digunakan untuk mengendalikan interrupt mana yang diaktifkan dengan cara melakukan setting pada TIMSK dan untuk mengetahui interrupt mana yang sedang terjadi.
Bit Symbol Fuction
7 OCIE2 Timer/Counter2 Output Compare Match Interrupt Enable.
6 TOIE2 Timer/Counter2 Overflow Interrupt Enable.
5 TICIE1 Timer1 Input Capture Interrupt Enable
4 OCIE1A Timer/Counter1A Output Compare Match Interrupt Enable.
3 OCIE1B Timer/Counter1B Output Compare Match Interrupt Enable.
2 TOIE1 Timer/Counter1 Overflow Interrupt Enable.
4 OCIE0 Timer/Counter0 Output Compare Match Interrupt Enable.
0 TOIE0 Timer/Counter0 Overflow Interrupt Enable.

2.3       Driver
Driver adalah pengubah energi listrik menjadi energi nonlistrik atau dari digital menjadi analog sehingga proses pengendalian dapat dilakukan baik secara otomatis maupun manual.



2.4          Pemograman AVR
Ada 2 cara untuk memprogram mikrokontroller ini, menggunakan software AVR assembler yang berbasis pada bahasa assembly, dan menggunakan software CV AVR (Code Vision AVR) yang berbasis pada bahasa C.

2.5          TCP/IP
Dalam konsep komunikasi data suatu jaringan komputer, ada mekanisme pengiriman data dari komputer sumber ke komputer tujuan dimana proses pengiriman paket data tersebut sampai dengan benar ke komputer yang dituju. Tentunya dalam proses pengiriman yang terjadi tidak semudah yang dipikirkan. Alasan pertama, komputer tujuan berada jauh dari komputer sumber sehingga paket data yang dikirimkan bisa saja hilang atau rusak di tengah jalan. Alasan lainnya, mungkin komputer tujuan sedang menunggu/mengirimkan paket data dari/ke komputer yang lain. Tentunya paket data yang akan dikirimkan diharapkan sampai dengan tepat tanpa terjadi kerusakan. Untuk mengatur mekanisme komunikasi data tersebut dibutuhkan pengaturan proses pengiriman data yang dikenal sebagai protocol. Protokol di sini adalah sebuah perangkat lunak yang melekat pada setiap sistem operasi  tertentu.
TCP/IP (“Transmission Control Protocol”) adalah sekumpulan protokol yang didesain untuk melakukan fungsi-fungsi komunikasi data pada jaringan komputer. TCP/IP terdiri atas sekumpulan protokol yang masing-masing bertanggung jawab atas bagian-bagian tertentu dari komunikasi data. Kesimpulannya, TCP/IP inilah yang memungkinkan kumpulan komputer untuk berkomunikasi dan bertukar data didalam suatu jaringan. TCP/IP dapat diterapkan dengan mudah di setiap jenis komputer dan inteface jaringan, karena sebagian besar isi kumpulan protokol ini tidak spesifik terhadap satu komputer atau peralatan jaringan tertentu. Sekumpulan protokol TCP/IP ini dimodelkan dengan empat layer TCP/IP.
Berikut ini adalah layanan "tradisional" yang dilakukan TCP/IP:
a)    Pengiriman file (file transfer). File Transfer Protokol (FTP) memungkinkan pengguna komputer  yang satu untuk dapat mengirim ataupun menerima file ke komputer jaringan. Karena masalah  keamanan data, maka FTP seringkali memerlukan nama pengguna (user name) dan  password, meskipun banyak juga FTP yang dapat diakses melalui anonymous, alias tidak  berpassword. 
b)    Remote login. Network terminal  Protokol (telnet) memungkinkan pengguna komputer dapat melakukan log in ke dalam suatu komputer didalam suatu jaringan. Jadi hal ini berarti bahwa pengguna menggunakan komputernya sebagai perpanjangan tangan dari komputer jaringan tersebut.
c)    Computer mail. Digunakan untuk menerapkan sistem elektronik mail. 
d)    Network File System (NFS). Pelayanan akses file-file jarak jauh yang memungkinkan klien-klien untuk mengakses  file-file pada komputer jaringan jarak jauh walaupun file tersebut disimpan secara lokal.
e)    Remote execution. Memungkinkan pengguna komputer untuk menjalankan suatu program di dalam komputer yang  berbeda. Biasanya berguna jika pengguna menggunakan komputer yang terbatas, sedangkan ia memerlukan sumber yang banyak dalam suatu system komputer.
Ada beberapa jenis remote execution, ada yang berupa perintah-perintah dasar saja,  yaitu yang dapat dijalankan dalam system komputer yang sama dan ada pula yang menggunakan "prosedure remote call system", yang memungkinkan program untuk memanggil subroutine yang akan dijalankan di system komputer yang  berbeda. (sebagai contoh dalam Berkeley UNIX ada perintah "rsh" dan "rexec")
f)     Name servers. Nama database alamat yang digunakan pada internet.
      Dikarenakan TCP/IP adalah serangkaian protokol di mana setiap protokol melakukan sebagian dari keseluruhan tugas komunikasi jaringan, maka tentulah implementasinya tak lepas dari arsitektur jaringan itu sendiri. Arsitektur rangkaian protokol TCP/IP mendefinisikan berbagai cara agar TCP/IP dapat saling menyesuaikan. Karena TCP/IP merupakan salah satu lapisan protokol OSI* (Open System Inter-connections), berarti bahwa hierarki TCP/IP merujuk kepada 7 lapisan OSI tersebut.
Berikut adalah model referensi OSI 7 lapisan, yang mana setiap lapisan menyediakan tipe khusus pelayanan jaringan :
                                       Peer process
| Application layer   | <----------------->       |  Application layer   |
| Presentation layer   | <----------------->    |  Presentation layer  |
|  Session layer          | <----------------->    |  Session layer       |
|  Transport layer     | <----------------->      |  Transport layer     |
|  Network layer       | <----------------->      |  Network layer       |
|  Data link layer     | <----------------->       |  Data link layer     |
|  Physical layer      | <----------------->       |  Physical layer      |
 Tiga lapisan teratas biasa dikenal sebagai "upper lever protocol" sedangkan empat lapisan terbawah dikenal sebagai "lower level protocol". Tiap lapisan berdiri sendiri tetapi fungsi dari masing-masing lapisan bergantung dari keberhasilan operasi layer sebelumnya. Sebuah lapisan di pengirim hanya perlu berhubungan dengan lapisan yang sama di penerima (jadi misalnya lapisan  data link penerima hanya berhubungan dengan data link pengirim) selain dengan satu layer di atas atau dibawahnya (misalnya lapisan network berhubungan dengan lapisan transport diatasnya atau dengan lapisan data link dibawahnya).
Model dengan menggunakan lapisan ini merupakan sebuah konsep yang penting karena suatu fungsi yang rumit yang berkaitan dengan  komunikasi dapat dipecahkan menjadi sejumlah unit yang lebih kecil. Tiap lapisan bertugas memberikan layanan tertentu pada lapisan diatasnya dan juga melindungi lapisan diatasnya dan juga melindungi lapisan diatasnya dari rincian cara pemberian layanan tersebut. Tiap lapisan harus transparan sehingga atasnya tidak akan menyebabkan perubahan pada lapisan yang lain. Lapisan menjalankan perannya dalam pengalihan data dengan meng ikuti peraturan yang berlaku untuknya dan hanya berkomunikasi dengan lapisan yang setingkat. Akibatnya sebuah lapisan pada satu sistem tertentu hanya akan berhubungan dengan lapisan yang sama dari sistem yang lain. Proses ini dikenal sebagai "Peer process". Dalam keadaan sebenarnya tidak ada data yang langsung dialihkan antar lapisan yang sama dari dua sistem yang berbeda ini. Lapisan atas akan  memberikan data dan kendali ke lapisan dibawahnya sampai lapisan yang terendah dicapai. Antara dua lapisan yang berdekatan terdapat "interface" (antarmuka). Interface ini mendifinisikan operasi dan layanan yang diberikan olehnya ke lapisan lebih atas. Tiap lapisan harus melaksanakan sekumpulan fungsi khusus yang dipahami dengan sempurna. Himpunan lapisan dan protokol dikenal sebagai "arsitektur jaringan". Pengendalian komunikasi dalam bentuk lapisan menambah overhead karena tiap lapisan berkomunikasi dengan lawannya melalui "header".
Walaupun rumit tetapi fungsi tiap lapisan  dapat dibuat dalam bentuk modul sehingga kerumitan dapat ditanggulangi dengan mudah. Disini kita tidak akan membahas model OSI secara mendalam secara keseluruhannya,  karena protokol TCP/IP tidak mengikuti benar model referensi OSI tersebut. Walaupun  demikian, TCP/IP model akan terlihat seperti ini :
      ============================================
      |Application layer                      |                                               |
      |Presentation layer                   | Application layer                   |
      |Session layer                           |                                                |
      |====================== |====================  |
      |Transport layer                        |  Transport layer/                     |
      |                                                 |    Host to host                        |
      |===========================================
      |Network  layer                         | Network layer/                      |
      |                                                  | internet layer                        |
      |======================|====================   |
      |Data Link layer                        | Network access                    |
      |Physical layer                          |                                               |
     |====================== |====================  |
                Model OSI                                   model internet

2.6          Serial RS-232
RS-232 adalah standar komunikasi serial yang didefinisikan sebagai antarmuka antara perangkat terminal dan perangkat komunikasi data menggunakan pertukaran data biner secara serial. Di dalam definisi tersebut, DTE adalah perangkat komputer dan DCE sebagai modem walaupun pada kenyataannya tidak semua produk antarmuka adalah DCE yang sesungguhnya. Komunikasi RS-232 diperkenalkan pada 1962 dan pada tahun 1997, Electronic Industries Association mempublikasikan tiga modifikasi pada standar RS-232 dan menamainya menjadi EIA-232.
Standar RS-232 mendefinisikan kecepatan 256 kbps atau lebih rendah dengan jarak kurang dari 15 meter, namun belakangan ini sering ditemukan jalur kecepatan tinggi pada komputer pribadi dan dengan kabel berkualitas tinggi, jarak maksimum juga ditingkatkan secara signifikan. Dengan susunan pin khusus yang disebut null modem cable, standar RS-232 dapat juga digunakan untuk komunikasi data antara dua komputer secara langsung.




















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1       Design Penelitian
Metodologi penelitian menggambarkan tentang cara pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada (Subagyo, 2004). Untuk mengembangkan sistem rekomendasi ini, memerlukan metodologi yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk kegiatan selama proses pengembangan.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian rekayasa perangkat lunak karena metode ini sangat membantu dalam membangun maupun mengembangkan aplikasi. Metode rekayasa perangkat lunak merupakan metode yang dapat digunakan untuk menganalisa objek penelitian, spesifikasi, implementasi, dan validasi untuk menghasilkan suatu perangkat lunak yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada berbagai bidang (Nugroho, 2010).
Secara umum tahap-tahap yang ada dalam rekayasa perangkat lunak yang harus dilakukan adalah:
1.      Penentuan dan Analisis Spesifikasi
Jasa, kendala dan tujuan dihasilkan dari konsultasi pengguna kepada sistem kemudian sistem dibuat dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna. Pengguna di dalam hal ini adalah pihak yang akan menggunakan aplikasi.
2.     Desain Sistem dan Perangkat Lunak
Proses desain sistem yaitu membagi kebutuhan yang ada menjadi sistem perangkat lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur sistem secara keseluruhan. Desain perangkat lunak dapat menghasilkan sebuah fungsi sistem perangkat lunak dalam bentuk yang ditransformasikan ke dalam satu atau lebih program yang dapat dijalankan.
3.     Implementasi dan Uji Coba Unit
Uji coba dilakukan untuk mengetahui bahwa setiap unit yang dicoba sesuai dengan spesifikasinya.
4.     Integrasi dan Uji Coba Sistem
Unit program diintegrasikan dan diuji menjadi sistem yang lengkap untuk meyakinkan bahwa persyaratan perangkat lunak telah terpenuhi. Setelah itu uji coba sistem disampaikan ke pengguna.
5.     Operasi dan Pemeliharaan
Pemeliharaan diikuti oleh proses perbaikan terhadap kesalahan yang di dapati pada langkah sebelumnya dan implementasi unit sistem serta peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan.

3.2       Design Perangkat Keras
Desain perangkat keras terdiri dari dua bagian yaitu Wiring Diagram Mikrokontroler dan Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor seperti pada gambar berikut:


3.2      Teknik Pengumpulan Data
1.      Sumber data, objek penelitian, tempat dan waktu
Sumber data           :    Internet
Objek penelitian     :    Motor Servo
Tempat                    :    Laboratorium Fakultas Teknik UNHAS    
Waktu                       :
1.      Tahapan PERSIAPAN (pekan 1 – 2)
2.      Tahapan PENYUSUNAN PROPOSAL (pekan 3)
3.      Tahapan PRESENTASI PROPOSAL (pekan 4-5)
4.      Tahapan PELAKSANAAN (pekan 5 – 12)
5.      Tahapan DEMO dan PRESENTASI (pekan 13 – 15)
6.      Tahapan PENYUSUNAN LAPORAN (pekan 16)

Rencana waktu praktikum ini  dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Kegiatan
BULAN (2012)
SEPTEMBER
OKTOBER
NOFEMBER
DES
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
1
Tahapan Persiapan














2
Tahapan Penyusunan
Proposal














3
Tahapan Presentasi
Proposal














4
Tahapan Pelaksanaan














5
Tahapan Demo dan
Presentasi














6
Tahapan Penyusunan
Laporan















2.      Metode Wawancara / Interview
       Metode wawancara yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data dengan cara tatap muka secara langsung dengan narasumber.

3.      Study Pustaka (Literatur)
Studi pustaka adalah metode pencarian data dari buku, browsing internet atau literatur-literatur lain yang berkaitan dengan teori dasar dari sistem yang sedang dibuat, dan dokumen yang berkaitan dengan data yang diperlukan untuk penelitian maupun perancangan sistem.

















BAB IV
GAMBARAN UMUM SYSTEM

Di dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum penyelesaian permasalah yang ada, yaitu bagaimana merancang aplikasi pengendali dan monitoring motor servo  berbasis mikrokontroler.
a.                  Analisis Aplikasi
Input Sudut Putar
User Clien
Kirim data Ke server
Mikrokontrler
Analog Digital komverter
M.SERVO
Ukur Kecepatan
Penulis menggunakan use case diagram untuk mendeskripsikan interaksi antara user dengan aplikasi pengendali dan monitoring motor servo  berbasis mikrokontroler.















Gambar 3.4. Use Case Diagram sistem pengontrolan motor servo

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa aktor yang terlibat dalam sistem pengontrolan terdiri dari empat, yaitu : Sensor, mikrokontroler AT89C51, dan Driver Motor.
  1. Sensor
User merupakan aktor yang akan mengirimkan sinyal ke mikrokontroler. Ada 2 use case yang dilakukan oleh aktor ini :
a.       Input kode akses, user akan memasukkan kode akses
b.      Memonitoring posisi motor  servo.
  1. Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan aktor yang akan mengolah data dan mengirimkan sinyal ke Driver Relay. Ada 2 use case yang dilakukan oleh aktor ini :
a.       Mengolah data biner
b.      Mengirimkan sinyal ke Driver Relay
  1. Driver Motor
Driver Motor merupakan aktor yang berperan untuk mengontrol peralatan listrik. Ada 1 use case yang dilakukan oleh aktor ini :
a.       Mengontrol pergerakan motor servo
4.2      Perancangan Aplikasi
Di dalam bagian ini akan digambarkan rancangan dari aplikasi yang akan dibuat dengan diagram-diagram yang mendukung.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Pemrograman Assembler, [http://www.total.or.id], (29 Januari 2009 11.39 PM).
Anonim, 2008, Sensor dan Tranducer, [http://www.elearningjogja.org], (29 Januari 2009 11.55 PM).
Febrian, Jack, 2006, Pengantar Informatika, cetakan pertama, Informatika, Bandung.
Datasheet ATmega 8535, Atmel Coproration, 2006.
Mulyanta, Edi, 2005, Kupas Tuntas Telepon Selular Anda, ANDI, Yogyakarta.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, 2006, Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi, ANDI, Yogyakarta.
Rusmandi, Dedi, 2007a, Aneka Hobi Elektronika, Cetakan Kedua, Pionir Jaya, Bandung.
Syahroni, Wawan, 2006, Mendeteksi dan Memperbaiki Telepon Selular Sendiri, Datakom Lintas Buana, Jakarta.
Setiawan, Rachmad, 2006, Mikrokontroler MCS-51, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Stiawan, Deris, 2005, Sistem Keamanan Komputer, Alex Media Komputindo, Jakarta.
Sujadi, MT, 2005, Teori dan Aplikasi Mikrokontroler, Cetakan Petama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Talib, Haer, 2005, Panduan Praktis Belajar Komputer, Alex Media Komputindo, Jakarta.
Pressman, R. S. (2010). Software Engineering: A Practitioner's Approach, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.


Apakah anda tertarik atau suka dengan blog ini ?